Giliran Baridin yang Dikejar

11:34, 14/10/2009

Teroris Sekelas Noordin Masih Berkeliaran

JAKARTA- Meski gembong teroris Noordin M Top, Syaifudin Zuhri dan M Syahrir sudah tewas, bukan berarti Densus 88 bisa tenang-tenang saja. Masih ada 488 nama teroris yang punya jabatan dan kemampuan sama seperti Noordin M Top. 22 diantaranya sudah masuk daftar pencarian orang (DPO).

“Yang dipublikasikan ada 22 nama DPO yang masuk dalam sel Noordin. Yang bukan sel Noordin ada 466 orang,” kata pengamat teroris, Mardigu Wowiek Prasantyo, Selasa (13/10).

Menurut Mardigu, 22 nama yang masih dalam sel Noordin, termasuk Baharudin alias Baridin, Para Wijayanto, Dulmatin, Umar Patek, Upik Lawanga. Orang-orang tersebut masing-masing mempunyai kemampuan yang hampir setara dengan Noordin bahkan bisa lebih.
“Misalnya Dulmatin punya kemampuan perang di Afganistan. Jago perang di gunung dan di hutan. Umar Patek punya kemampuan perang dan mengorganisir,” jelasnya.

Namun meski berbahaya sama seperti Noordin, orang-orang tersebut posisinya masih terpisah. Meski terpisah, bisa jadi suatu hari mereka bergabung

“Ya mereka mungkin saat ini bercerai berai. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa berkomunikasi dan merapat kembali,” imbuhnya.
Mabes Polri menegaskan, perburuan teroris setelah kematian Syaifuddin dan Syahrir tidak berhenti. Bahkan, mereka optimistis para DPO akan segera menyerah. Termasuk Baridin, mertua Noordin yang terakhir terdeteksi di Cilacap, Jawa Tengah.

“Kita berharap yang bersangkutan segera menyerah. Tak hanya Baridin, tapi juga DPO-DPO lainnya. Semakin cepat semakin baik,” ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen Nanan Soekarna. Baridin alias Bahrudin Latif  lenyap sejak Juni 2009.

Dengan begitu, Baridin sekarang menjadi buronan utama tim Densus 88 Mabes Polri. Saat perang Afghanistan berkecamuk akhir 1980-an, Baridin menjadi salah seorang sukarelawan yang ikut berjuang di kamp-kamp pejuang Afghanistan. Dia tidak sendiri berangkat ke Afghanistan, tapi bersama tokoh-tokoh garis keras lainnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Bukan hanya konflik Afghanistan yang membuat Baridin menjadi tokoh garis keras. Saat konflik Poso dan Ambon, dia juga menjadi bagian dari pengiriman laskar jihad dengan sejumlah relawan dari Cilacap dan Banyumas. Konflik Poso dan Ambon membuat Baridin makin matang dalam mengaplikasikan ilmunya saat berada di kamp-kamp pejuang Afghanistan. Berbagai kemampuan strategi perang diyakini digunakan Baridin untuk menyiapkan para ‘mujahid’ dalam bom bunuh diri.

Sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) membisikkan Baridin sebenarnya sudah mengirim sinyal akan menyerah sukarela. “Dititipkan secara berantai oleh ikhwan-ikhwan di lapangan,” kata sumber itu. Tapi, Nanan mengaku belum mendengarnya. “Soal itu, saya belum tahu,” katanya.

Afham Menyerahkan Diri
Afham Ramadhan, yang diduga terlibat terorisme, telah menyerahkan diri ke polisi. Hingga tadi malam, Afham tengah menjalani pemeriksaan di Mabes Polri.

“Afham sudah menyerahkan diri kepada tim Polri tadi sore. Sekarang sedang di-BAP,” kata Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna dalam pesan singkat kepada wartawan, Selasa (13/10).

Keterlibatan Afham dimulai saat Sonny diminta Fajar Firdaus untuk mencari tempat kos untuk pamannya, Syaifudin dan Syahrir. Sonny pun menyewa sebuah kamar di tempat kosnya seharga Rp437 ribu. Untuk membayarnya, Sonny patungan dengan Afham. Namun hingga kini belum ada penjelasan dari polisi bagaimana hubungan ketiganya.

Tobing, salah seorang tetangga, mengaku mengenal Afham sebagai pemuda yang kalem. Sehari-hari pemuda tersebut taat beribadah di masjid setempat. “Keluarganya sangat baik kok. Tidak pernah ada yang aneh-aneh. Saya tahunya Afham itu orang yang tidak banyak bicara. Selebihnya saya tidak tahu,” ungkap Tobing.

Mengenai pergaulan Afham, lanjut Tobing, juga biasa saja. Dia berteman dengan pemuda-pemuda sebayanya. “Dia nggak pernah terlihat jalan dengan teman yang beda usianya sangat jauh. Jadi kami kaget kalau dia dibilang terkait teroris,” ungkap Tobing.
Ibunda Afham tidak percaya anaknya terlibat aksi terorisme. “Nggak mungkin dia terlibat yang begitu-begitu, saya tidak percaya,” kata perempuan yang enggan disebut namanya.

Dengan suara lirih, Ibunda Afham juga mengaku tidak percaya anaknya yang sedang menyelesaikan tugas akhir di UIN Syarif Hidayatullah itu membantu teroris bersembunyi. Selama ini, Afham selalu diwanti-wanti agar jangan dekat-dekat dengan orang yang tidak dikenal.
“Saya sudah wanti-wanti kalau dia sampai ketemu sama DPO harus lapor. Saya yakin, dia akan melakukan apa yang dipesan orangtua,” katanya sesenggukan.

Afham Ramadhan menyewa kamar nomor 15 yang kemudian dihuni buron teroris Syaifudin Zuhri dan Mohamad Syahrir. Sama seperti Sonny, Afham juga tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat. Afham masuk ke universitas negeri itu pada 2004.

Data-data Afham tersebut tercatat dalam buku akademik UIN Syarif Hidayatullah. Dari catatan akademik tersebut, Afham beralamat di Jalan Cempedak Selatan, Pondok Hijau, Bekasi Timur. Mahasiswa kelahiran 6 Mei 1986 itu lulus dari SMA Islam Al Gozhali, Bogor, pada 30 Maret 2004.
Pihak keluarga berharap polisi segera membebaskan Afham yang tengah mengerjakan skripsi itu. “Ini hanya salah paham saja, nggak mungkin anak saya membantu teroris,” pungkas ibunda Afham.

Dimakamkan Berdekatan
Kemarin (13/10), jenazah dua gembong teroris yang tewas dalam penggerebekan di Ciputat, Syaifudin Zuhri dan M Syahrir dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur. Upacara pemakaman berlangsung relatif singkat.
Pantauan wartawan, ambulans pembawa jenazah kakak beradik itu tiba pukul 09.14 WIB. Masing-masing jenazah dibawa oleh dua ambulans yang berbeda.

Dua ambulans dikawal oleh 1 mobil polisi dan 4 iring-iringan mobil keluarga. Hadir dalam rombogan keluarga antara lain Djaelani Irsyad-Asenih (orang tua Syaifudin Zuhri dan Syahrir), Anugerah (kakak), Sucihani (adik, istri Ibrohim).
Syaifudin dan Syahrir dimakamkan bersebelahan, 20 meter sebelah kanan makam kerabat ipar mereka, Ibrohim. Ibrohim tewas dalam penggerebekan di Temanggung.

Air mata menetes di pipi kanan dan kiri Sucihani. Wanita berjilbab itu tak kuasa menahan tangis saat berdoa di makam suaminya, Ibrohim, yang tewas dalam penggerebakan Densus 88 di Temanggung, Jawa Tengah, 8 Agustus silam.

Sucihani menyempatkan diri mampir ke makam Ibrohim usai mengikuti pemakaman jenazah kakaknya, M Syahrir dan Syaifudin Zuhri, di TPU Pondok Rangon, Selasa (13/10). Makam Ibrohim dengan Syaifudin dan Syahrir hanya berjarak 20 meter.
Sang ibunda, Asenih, dan beberapa kerabat juga turut berziarah ke makam Ibrohim. Termasuk ayahanda Djaelani Irsyad dan kakaknya, Anugerah. Di makam Ibrohim, Sucihani menyempatkan tabur bunga dan memanjatkan doa. Kepalanya menunduk dan kedua tangannya disatukan lalu ditempelkan ke dada. Sucihani menangis sambil sesekali memegangi nisan Ibrohim.

Usai berdoa sekitar 3 menit, Sucihani yang berjilbab krem dan berbaju gamis hijau lalu pergi bergabung dengan keluarga lainnya meninggalkan makam. Makam Ibrohim tidak diberi nisan. Terpampang papan nama dari kayu bertuliskan Ibrohim dan usia 37 tahun serta wafat pada 12 Agustus 2009.

Begitu juga Asenih, ibu Syaifudin Zuhri dan M Syahrir. Dengan deraian air mata Asenih mengucapkan selamat jalan terakhir. “Selamat jalan Syaifuddin Zuhri, selamat berbahagia bertemu dengan Allah. Assalamualaikum,” kata Asenih sambil menabur bunga di atas makam anaknya.
Sementara Putri Munawaroh, Istri dari dari Susilo, teroris yang tewas dalam penggrebekan di Solo September lalu bersama Noordin M Top, sempat menangis meraung-raung untuk ditembak oleh polisi.

“Putri Manawaroh bilang kenapa saya tidak ditembak mati saja,” ujar Kepala Tim DVI Brigjend Pol Eddy Suparwoko di sela-sela jumpa pers di kantornya, kemarin.

Menurut Eddy, ungkapan dari Munawaroh tersebut mengindikasikan bahwa semua anggota jaringan terorisme mengimpikan untuk tewas dalam menjalankan tugasnya.

“Jadi ini adalah seperti suatu ungkapan bahwa mereka ingin mati,” pungkasnya.
Putri Munawaroh terkena tembakan saat penggerebekan teroris di Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, pada 17 September lalu. Dalam pengungkapan kasus bom Ritz-Carlton dan JW Marriott, Polri telah menangkap Amir Abdillah, Mohamad Jibril, Kedu, Bejo, indra, Aris, Ali, Fajar, Soni, dan Putri Munawaroh.

Sementara yang ditembak mati saat penggerebekan adalah Eko, Aer Setiawan, Ibrohim, Aji alias Aryo Sudarso, Urwah, Syaifudin Zuhri, Mohamad Syahrir, dan Noordin M Top.

Selalu Bawa Magazin
Setiap bersembunyi pentolan teroris ini selalu membawa magazin. Buktinya, meski tim identifikasi Mabes Polri telah beberapa kali melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di rumah persembunyian Noordin M Top, tetap masih ada yang tercecer. Sebuah magazin M-16 dan beberapa selongsong pelurunya ditemukan di rumah yang terletak di Kampung  Kepohsari, Kelurahan Mojosongo, Jebres, kemarin (12/10).
Benda tersebut, ditemukan para pekerja bangunan yang sedang membersihkan reruntuhan rumah yang disewa Hadi Susilo. Pembersihan ini dilakukan sebagai awal renovasi rumah. Benda tersebut, saat ini diamankan Poltabes Solo.      
Informasi yang dihimpun Radar Solo (grup Sumut Pos) di lokasi kejadian, belasan selongsong peluru dan satu buah magazin warna hijau kehitaman itu terlihat penyok.

“Saat ditemukan barang ini tertindih robohan bangunan dan batu bata di sekitar kamar mandi,” ungkap salah satu pekerja bangunan yang enggan disebut namanya itu.

Selain magazin dan belasan selongsong peluru, di sekitar reruntuhan genting dan kayu atap yang ludes terbakar juga ditemukan satu buah kaus panjang warna biru merek fubo. Baju ini diduga milik Susilo. Pada bagian depan kaus itu juga terdapat lubang dan bekas darah. “Sedangkan, di salah satu sisi magazin tersebut ada tulisan USA,” ujar pria berkulit gelap itu.

Sementara itu, Wachid Yunendar, koordinator lapangan CV Mega Daya, yang merenovasi rumah ini mengatakan, berdasar pada kontrak kerja antara pelaksana renovasi dengan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri, pengerjaan rumah dilaksanakan dalam waktu 30 hari. “Hari ini (kemarin, Red) dimulai dengan membersihkan puing-puing bangunan rumah,” kata dia.
Soal biaya kontrak untuk renovasi rumah itu, Wachid mengaku, nilai kontraknya Rp47 juta. “Proyek renovasi ini, nanti akan dilaksanakan sekitar sepuluh pekerja,” tambahnya.

Dalam proses renovasi tersebut, Wachid mengaku kalau kerusakan terparah ada di bagian atap. Ini membuat waktu renovasi cukup panjang. “Bagian dinding yang rusak akibat bekas lubang tembakan akan diperbaiki dengan ditambal,” bebernya.

Sri Indarto alias Totok sang pemilik rumah saat dihubungi via telepon mengatakan, dalam renovasi tersebut hanya bagian kamar mandi saja yang mengalami perubahan. Hal itu dilakukan untuk menghindari trauma karena di lokasi itu gembong teroris Noordin M Top tewas.
“Model rumah yang dibangun masih sama seperti sebelumnya. Yang berubah hanya bagian pintu masuk kamar mandi,” ujarnya.

Dalam penyergapan di Dukuh Kepuhsari, Desa Mojosongo, Kecamatan Jebres Itu, Anggota Densus 88 menembak mati empat tersangka teroris yakni, Hadi Susilo alias Adib, Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Ario Sudarso alias Aji dan gembong teroris Noordin M. Top. Selain itu, Anggota polisi berlambang burung hantu itu juga mengamankan Putri Munawaroh, istri Susilo yang saat itu terluka parah akibat terkena tembakan.
Sementara itu, Densus 88 menyita 10 bom bersumbu milik kedua teroris Syaifudin Zuhri dan M Syahrir saat penggerebekan di indekos di Jalan Semanggi II RT 02 RW 03 Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten. Tiga di antaranya meledak di lokasi ketika dilemparkan ke arah Tim Densus 88 saat penggerebekan.

“Di TKP ditemukan 10 bom bersumbu sebesar kepalan tangan. Mereka buat (bom),” ucap Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna saat jumpa pers di Mabes Polri Jakarta, Selasa (12/10 ).

Nanan menjelaskan, tiga bom dilemparkan dari kamar mandi ketika bersembunyi saat penggerebekan. Akibatnya, terdapat lubang besar di ubin kamar. Satu bom yang tidak dilemparkan disimpan dalam teko air. “Anggota kita pakai tameng. Dia lemparkan terus meledak. Itulah yang terdengar di sekitar TKP,” ucap Nanan. (rdl/in/nan/net/jpnn)


YM

 
PLN Bottom Bar