Prostitusi via Facebook Dibongkar

07:15, 01/02/2010
Prostitusi via Facebook Dibongkar
Prostitusi via Facebook Dibongkar

Jual Anak 14-16 Tahun Lewat Chating

SURABAYA-Praktik pelacuran anak di bawah umur dan pelajar dibongkar polisi. Sindikat yang melakukan transaksi secara online ini ditangkap saat berada di Hotel Malibu.

Dari sindikat itu diamankan tiga tersangkanya. Mereka adalah Endry Margarini alias Vey (20), warga Dukuh Kupang Timur, Achmad Afif Muslichin (20), warga Candi, Sidoarjo dan LS (15), warga Keputran.

”Mereka kami amankan di Hotel Malibu di Jalan Ngagel,” ujar Kasat Reskrim Polwiltabes Surabaya, AKBP Anom Wibowo, kepada wartawan di Mapolwiltabes, Jalan Taman Sikatan, Minggu (31/1).Para tersangka, kata Anom, adalah pencari, penyedia dan kurir bagi pekerja seks komersial (PSK) anak tersebut. Vey adalah penyedia, Afif bertugas sebagai kurir dan pencari hidung belang sedangkan LS merupakan pencari PSK anak.
Vey dan dan Afif ditahan sedangkan LS diharuskan wajib lapor karena selain masih di bawah umur, LS juga masih bersekolah. Yang diperdagangakan para tersangka, tambah Anom, adalah anak-anak yang masih duduk di bangku SMA. Umur mereka berkisar 14-16 tahun. “Untuk modusnya, mereka melakukan transaksi secara online,” lanjut Anom.

Bagi para pria hidung belang yang ingin berkencan dengan anak-anak di bawah umur itu, mereka harus men-add account facebook milik Vey dengan alamat email surabaya_girls @***.com.

Setelah itu, mereka bisa membooking melalui Afif melalui percakapan di dunia maya dengan menggunakan situs chatting seperti Yahoo Messenger atau MiRC.

“Di chatting itulah para pria hidung belang bisa memilih, membooking dan melakukan tawar menawar,” tutur Anom.
Di facebook, foto anak yang bisa dipesan dan dikencani telah disediakan dalam berbagai pose dan gaya. Sedangkan di chatting, Afif bisa menampilan anak yang pingin dikencani para pria hidung belang. Tarif yang dikenakan bila ingin mengencani PSK anak itu berkisar antara Rp600-Rp800 ribu.

Para PSK anak yang menjadi anak buah Vey biasa nongkrong di resto siap saji yang ada di Jalan Basuki Rahmat (Basra), Surabaya. Dari situ mereka bisa langsung menuju ke hotel tempat mereka dibooking.

Dari hotel pula, mereka biasanya juga langsung kembali ke tempat itu untuk membagi hasil. “Kami membongkar kasus ini setelah mengikuti mereka dari tempat tersebut,” ujar Kasat Reskrim Polwiltabes Surabaya, AKBP Anom Wibowo.

Menurut pengakuan Achmad Afif Muslichin (21), tersangka lain, sebelum ditangkap dirinya melalui Yahoo Messenger (YM) melayani permintaan seorang pelanggan yang memesan dua gadis, yakni EL dan FT.

Hotel tempat berkencan pun disepakati di Hotel Malibu di Jalan Ngagel. Selanjutnya, Afif menghubungi Vey untuk menghubungi gadis yang telah dipilih. EL dan FT yang dihubungi pun disuruh berkumpul di Mc D Basra. “Selanjutnya Afif sendirian datang ke Hotel Malibu untuk menemui si pemesan dan menyelesaikan pembayaran,” tambah Anom.

Setelah pembayaran beres, Afif kembali menelepon Vey dan meminta agar dua gadis tersebut di antar ke Hotel Malibu kamar 514. Vey pun datang dengan membawa tiga gadis.

Gadis yang satu lagi adalah RS. Meski sudah menawarkan RS, namun si pemesan tersebut enggan dan tetap berkencan dengan dua gadis yang sudah dipesannya.

Afif, Vey dan RS pun kembali ke restoran siap saji di Basra. Di situ mereka bertemu dengan ML yang baru saja menunaikan ‘tugasnya’ di Hotel Cosmo. Di situ pula, hasil dibagi. “Pembagiannya 50:50. Sebanyak 50 persen untuk PSK, sedangkan sisanya dibagi antara Vey, LS dan Afif,” lanjut Anom.

Lalu, usai berkencan di Hotel Malibu, seorang pria hidung belang dan dua anak buah Vey diamankan petugas. Selanjutnya Afif, Vey dan LS dapat diamankan di rumah dan kos mereka masing-masing.

Dari mereka petugas mengamankan 3 buah kondom, sebuah sprei, sebuah selimut, 8 HP, uang Rp1,7 juta, 2 bill hotel, sebuah flash disk, rekening BCA dan ATM-nya serta sebuah buku berisi daftar anak buah Vey dan harganya.(net/bbs)

Orangtua Tahu Anak Jual Diri

Anak-anak yang ‘dikaryakan’ Endry Margarini alias Vey (20), sebagai PSK terbilang sangat belia. Usia mereka 14-16 tahun, dan masih tercatat sebagai pelajar di sebuah SMA atau sekolah pariwisata di Surabaya.

Dari file foto yang berada di dalam flash disk milik Achmad Afif Muchlisin (21), tersangka lain, paras anak-anak di bawah umur itu terlihat cantik, modis dan seksi. Mereka berpose dengan berbagai gaya centil dan menggoda

Entah latar belakang apa yang membuat mereka mau terjerumus ke dalam praktik pelacuran tersebut. “Motif ekonomi akibat gaya hidup yang membuat mereka terjun ke dalam bisnis hitam ini,” kata Kasat Reskrim Polwiltabes Surabaya, AKBP Anom Wibowo, kepada wartawan di Mapolwiltabes, Jalan Taman Sikatan, Minggu (31/1).

Hal tersebut, kata Anom, berdasarkan keterangan dari para orangtua anak-anak tersebut yang telah dipanggil. Para orangtua membenarkan bahwa ekonomi menjadi motif anak-anaknya terjun ke dunia pelacuran. Para orangtua anak-anak belia tersebut memang sebagian besar tidak mampu atau tidak bekerja.

Vey, sendiri mempunyai puluhan anak buah PSK yang masih berstatus SMA. Mereka direkrut oleh LS, yang juga masih berstatus pelajar SMA. Dari mulut ke mulutlah LS merekrut mereka yang imannya goyah dengan iming-iming bayaran yang tinggi.

Dari puluhan PSK anak tersebut, sebagian dapat diamankan. Tetapi mereka tidak ditahan, hanya diberikan pengarahan dan membuat surat pernyataan agar tak mengulangi lagi perbuatannya.

Atas kasus itu para tersangkanya dijerat pasal 2 jo 17 UU RI No. 21 tahun 2007 tentang PTPPO (Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Anak) dan atau pasal 88 UU RI No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. (net/bbs)

prostitusi-internet

[ketgambar]DIPERIKSA: Tersangka Afif Muslichin (paling kanan) didampingi polisi Unit Pidum Satreskrim Polwiltabes Surabaya menerangkan cara memasarkan PSK dengan sistem online. //BOY SLAMET/JAWA POS/jpnn [/ketgambar]


YM

Comments (2)

  1. Reynol says:

    Peralatan dunia maya menjadi ladang subur untuk ajang berbisnis. Itu lumrah, tetapi batas-batas etika penggunaannya telah membuat korban fisik ataupun nonfisik. Kita sebagai pengguna senior peralatan dunia maya bisa memproteksi hal-hal yang dapat merugikan masyarakat.

  2. blackheart says:

    godaan akan gaya hidup yang konsumeris, dan mewah pasti terus akan membayangi selama kita masih hidup tinggal bagaimana kita menyikapi dan menjalankannya. Yang punya uang mengganggap dirinya tuhan bagi yang membutuhkan uangnya. dengan uang apapun bisa dibeli meskipun itu merusak akhlak dan moral…hickk hickk..Tuhan kecewa akan ciptaaNya

 
PLN Bottom Bar