Teroris Seret Nama Abu Bakar Baasyir
11:07, 14/05/2010Berita Terkait:
- Din: Tak Ada Bukti Kuat, Ba’asyir Harus Dibebaskan
- Warga Malaysia Terlibat Jaringan Teroris Aceh
- Polri: Jejak Koneksi Luar Negeri Kuat
- Baasyir tak Gentar Ancaman Hukuman Mati
- Ini Rekayasa Amerika
JAKARTA-Mata rantai organisasi teroris di Indonesia diurai oleh Detasemen Khusus 88 Mabes Polri. Hari ini (14/5) Polri secara resmi akan mengumumkan keterlibatan dan peranan mereka yang ditangkap maupun mereka yang tewas tertembak.
Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Zainuri Lubis menjelaskan, rangkaian penangkapan di Jakarta, Cawang, Cikampek dan Solo terkait dengan pelatihan militer di Aceh. “Ada satu rangkaian yang terhubung,” katanya.
Di beberapa lokasi, penyidik Densus 88 sudah melakukan rekonstruksi sejak Rabu (12/5) lalun
Salah satunya di markas Jamaah Ansharut Tauhid, Pejaten Jakarta Selatan. Di tempat itu, nama Abu Bakar Baasyir tersangkut. Bahkan, penyidik menggunakan pemeran figuran yang dikalungi tag name bertuliskan Abu Bakar Baasyir.
Apa peran Baasyir? Sumber Jawa Pos menjelaskan, nama ustad asal Solo itu disebut oleh beberapa nama yang sudah ditangkap sebelumnya. Salah satunya Ubeid atau Luthfi Haedaroh. “Ubeid menjelaskan, pernah ada pertemuan membahas tentang latihan militer di Aceh yang dihadiri ustad Abu,” kata sumber itu.
Pertemuan itu juga dihadiri oleh Mustaqim, alumni Mindanao yang juga sudah tertangkap bersama Ubeid di Medan 11 April lalu. Dalam rekonstruksi Ubeid dan Mustakim dihadirkan. “Itu bisa diartikan terlibat kalau tahu bahwa ada pelatihan militer bersenjata dan tidak melarang,” tambah sumber itu.
Meski begitu, polisi tak bergerak berdasar pengakuan. Sampai tadi malam Densus masih mobile di suatu tempat di sekitar Jakarta untuk pengumpulan bukti. Pagi ini (14/05) personel Densus juga akan menuju sebuah lokasi penting.
Ubeid adalah salah satu instruktur utama (mudarrib) pelatihan tanzhim Al Qaeda Serambi Makkah. Ubeid tertangkap di Medan 12 April 2010 bersama instruktur lainnya bernama Mustaqim (alumni Mindanao).
Dia juga pernah ditangkap pada 2004 karena dituding menyembunyikan Noordin. Ubeid yang lahir di Magetan itu juga saudara sepupu Fathurahman Al Ghozi yang tewas di Filipina.
Ubeid juga adalah pemateri utama dalam berbagai forum Jamaah Ansharut Tauhid. Bahkan, Ubeid juga menerjemahkan buku buku jihad berbahasa Arab untuk disalin dalam bahasa Indonesia dan didistribusikan terbatas untuk para ikhwan.
Saat ditanya soal keterlibatan Baasyir, Wakil Kepala Divisi Humas Brigjen Zainuri Lubis menjawab secara diplomatis. “Untuk yang itu, akan diterangkan secara detail besok ( hari ini). Sabar saja,” katanya.
Zainuri membenarkan ada figuran mengenakan tag name Abu Bakar Baasyir yang melakukan rekonstruksi di TKP Pejaten. “Tapi, sekali lagi, perannya apa nanti saja menunggu,” kata mantan Kepala Bagian Perencanaan Bareskrim Mabes Polri itu.
Tadi malam, posisi Abu Bakar Baasyir belum diketahui. Kuasa hukum Baasyir Achmad Michdan, SH membantah keras keterlibatan Baasyir dalam pelatihan militer di Aceh. “Ustadz (Abu Bakar Ba’syir, Red) memang sering ke sana ( Pejaten),” katanya. “Lha wong Ustadz pimpinan di sana. Dia sering memimpin pengajian di sana. Kalau ada acara di Jakarta, dia istirahatnya di sana,” katanya.
Michdan menjelaskan Baasyir hanya mengajarkan ilmu agama, bukan ajaran terorisme. “Ustadz baru mengirim faks ke kami (TPM, Red) sore tadi (kemarin, Red),” ucapnya. Michdan menerangkan, faks tersebut adalah pernyataan resmi dari JAT Solo mengenai penangkapan beberapa jamaahnya di Jakarta.
Dalam surat sebanyak dua halaman yang ditandatangani Abu Bakar Baasyir itu, JAT menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah menolelir tindakan-tindakan kekerasan seperti terorisme. JAT memfokuskan diri pada hal-hal yang berkaitan dengan penyakit masyarakat, khususnya keimanan. Penerapan Syariat Islam harus dilakukan dengan cara-cara yang benar di mata hukum.
“Tapi kalau pernyataan pribadi Ustadz tentang namanya yang disebut-sebut, saya belum tahu. Yang jelas dia minta sekertariat JAT harus segera dibuka,” terangnya.
Sejak sore kemarin (13/5) Tim Pembela Muslim (TPM) sudah sibuk mengurusi kepulangan 16 yang diduga teroris orang yang ditahan di mako Brimob Kelapa Dua Depok. “Setelah Maghrib, ada tim kami yang datang ke sana,” kata anggota TPM Ahmad Michdan saat dihubungi kemarin.
Katanya, ada tiga orang anggota TPM yang mendatangi tahanan orang-orang yang diduga teroris itu. Para pengacara itu adalah Guntur Fatahilah, Gilroy Ari Noviandi, dan Borisa Rezadi Bahtiar.
Di sana, ketiganya bersama beberapa keluarga para tahanan dan jamaah Jamaah Anshoru Tauhid (JAT) lainnya. Kata Michdan, tim itulah yang mempersiapkan segala keperluan administrasi dan lain sebagainya untuk keperluan pembebasan.
Meski belum tahu secara pasti berapa jumlah orang-orang yang akan dibebaskan, Michdan meyakini sepuluh orang lebih yang akan dipulangkan. “Sampai sekarang saya belum menerima laporan dari mereka berapa dan siapa saja yang dipulang,” kata Michdan.
Dia meyakini, sepuluh orang lebih akan dibebaskan, lantaran sebagian besar orang yang ditangkap Densus 88 di beberapa tempat terpisah itu adalah para Jamaah Anshoru Tauhid (JAT). Sebab, menurutnya nilai-nilai ajaran JAT sangat bertentangan dengan terorisme.
Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid juga tak percaya Baasyir terkait terorisme. “Saya pernah bertemu langsung dengan ustad Abu dan tidak ada ajaran kekerasan tapi cinta damai,” kata Farhan saat dihubungi kemarin.
Menurut Farhan, Baasyir pernah mengatakan bahwa JAT yang dipimpinnya sama sekali bukan organisasi teror. “Mari kita tunggu saja aparat hukum, tentu tidak mungkin menuding seseorang tanpa bukti,” katanya. (rdl/kuh/sof/jpnn)
—-
Barang Bukti yang Disita
1. Di TKP Cawang Jakarta Timur
- Revolver Colt caliber 38
- Mesiu bubuk satu dus
- Peluru M-16 3000 butir dibungkus dalam karung buah.
2. Di TKP Babakan Jati Cikampek
- Senjata M-16 dua pucuk
- Peluru M-16 2000 butir
- Pisau komando
- AK-47 rakitan satu pucuk
- CD latihan perang di Aceh
3. Di TKP Baki, Sukoharjo
- Jaket anti peluru
- Rompi anti peluru
- Peluru M-16 sekitar 1000 butir
- Empat pisau komando
- STNK motor atas nama Lilik W
- Teleskop
Pola Serangan yang Direncanakan
1. Penghadangan
Kelompok ini menyusun strategi isytihadah ( aksi syahid) dengan menghadang iring-iringan. Mereka yakin pasti kalah dan mati namun setidaknya menarget jatuh korban dari pihak lawan. Target penghadangan konvoi pejabat dan tamu negara.
2. Penyerbuan
Sasarannya rumah pribadi presiden dan Mabes Polri. Mereka sudah merencanakan detail teknis serangan dengan mengambil lokasi persembunyian di daerah Bekasi.
3. Penyanderaan
Kelompok ini berencana menukar sandera dengan beberapa tahanan yang sudah ditangkap sebelumnya. Mereka belajar teknik penyanderaan di Filipina Selatan, beberapa dari anggota adalah mantan anggota Abu Sayyaf yang ahli dalam penculikan dan penyanderaan.
[ketgambar]Sejumlah anggota Densus 88 mengevakuasi barang bukti yang berhasil diamankan dari penggerebekan teroris didesa Pandeyan Baki, Sukoharjo, Kamis (13/5).//Arief Budiman/Radar Solo/jpnn[/ketgambar]