Ini Rekayasa Amerika

09:13, 10/08/2010
Ini Rekayasa Amerika
DITUDING TERLIBAT TERORIS: Ustadz Abu Bakar Baasyir dibawa ke Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Senin (9/8). Abu Bakar Baasyir diduga terlibat sejumlah jaringan teroris. //FEDRIK TARIGAN/INDOPOS

SBY Terancam, Ustad Baasyir Ditangkap

JAKARTA-Dua hari jelang bulan suci Ramadan, Polri menangkap Abu Bakar Baasyir (ABB). Pendiri Ponpes Ngruki, Solo itu ditahan di rutan Bareskrim Mabes Polri. Kali ini, polisi yakin Baasyir benar-benar terlibat jaringan terorisme di Indonesia. Itu berarti, ulama yang pernah hijrah ke Malaysia itu akan menjalani ibadah puasa hingga Idul Fitri di penjara.

Amir Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT)  itu tiba di Mabes Polri dikawal beberapa anggota Densus 88 berseragam dan bersenjata lengkap. Selain itu ada beberapa anggota Densus 88 yang berpakaian preman serta anggota Polri dari Divpropam Mabes Polri yang juga mengawal ABB.

Baasyir sendiri menyebut penangkapannya merupakan rekayasa dan hasil tekanan Amerika Serikat terhadap pemerintah Indonesia. Kepada wartawan ABB hanya berbicara singkat, “(Penangkapan) ini rahmat Allah untuk kurangi dosa. Ini rekayasa Amerika,” kata Baasyir sambil tersenyum

Baasyir yang ditangkap di Ciamis, Jawa Barat, kemarin pagi, tampak mengenakan peci putih dan baju koko putih yang dibalut jaket hitam.

Di Mabes Polri, ABB menolak menandatangani Berita Acara Penangkapan (BAP) dirinya saat pemeriksaan. Sikap Ba’asyir itu disampaikan Mahendradatta, pengacaranya usai menemani kliennya. “Ustadz  Ba’asyir menolak penangkapan,” kata Mahendratta di Mabes Polri.

Melalui pesan singkat yang dikirimkan lewat ponsel orang dekatnya Hasyim Abdullah yang sedang menjenguk di rutan, Baasyir menanggapi penangkapannya. “Saya menolak diperiksa dan ditangkap oleh Densus 88 karena densus produk kafir,” ujarnya pada JPNN. “Densus kafir harbi memusuhi ulama dan kaum muslimin tidak boleh dibantu, haram hukumnya,” tambahnya.

Mahendratta menegaskan, penolakan itu dikarenakan kliennya menilai, tuduhan keterlibatannya dalam terorisme tidak berdasar. Ba’asyir mengaku tak tahu menahu soal kamp militer di Aceh. “Karena tidak jelas terlibat terorisme di mana,” kata Mahendradatta.

Ustad ABB juga mempertanyakan pasal berapa dalam UU Terorisme yang dikenakan terhadapnya. “Karena pada Undang-Undang Tindak Pidana Terorisme, pengertian terorisme memiliki kaitan dengan suatu peristiwa. Seperti bom Bali I hingga bom bunuh diri JW Marriot II,” ujarnya. “Padahal pelatihan militer tidak masuk dalam UU Tindak Pidana Terorisme,” ujarnya lagi.

Menurut Mahendratta, penyidik mudah menuduh Ba’asyir tapi tidak memiliki jawaban atas tuduhannya. “Karena itu Ustad  menolak penangkapan. Karena tidak jelas kejadian terorisme mana dan peristiwa apa,” ujarnya

Orang dekat ABB melihat penangkapan ini bukan merupakan agenda nasional, melainkan titipan rezim global yang mempertahankan cara pandang yang salah dalam melihat Islam.

“Sayang sekali sampai polisi kita merupakan proxy (kepanjangan tangan) dari rezim internasional. Global war on terrorism ini adalah jualan utama mereka, dan polisi kita mengikuti saja karena petinggi-petingginya dapat untung besar. Coba perhatikan, mana ada pos perang melawan teroris di APBN kita. Jadi mereka memang harus bikin yang begini-begini agar supply tetap terjamin,” ujar Fauzan.

Fauzan berkali-kali mengingatkan bahwa ABB bukanlah figur yang gemar melakukan kekerasan. Sebaliknya, ABB mengecam keras semua tindakan kekerasan yang dilakukan dengan mengatasnamakan agama. ABB, sebutnya, juga mengecam berbagai pengeboman yang dilakukan oleh pemuda-pemuda Islam yang menganggap bahwa tindakan mereka adalah bagian dari upaya menegakkan Islam.

“Syariat Islam tidak dapat ditegakkan dengan kekerasan. Itulah keyakinan Ustad Baasyir,” demikian Fauzan.
Pengacara ABB, Ahmad Kholid, bahkan sudah yakin ABB akan ditangkap sejak SBY mengaku diancam akan dibunuh teroris, Sabtu (7/8) lalu. “Saya pribadi langsung berpikiran, ada apa. Saya langsung berpikiran jangan-jangan dikaitkan dengan kunjungan Ustaz Abu ke Jawa Barat,” ujar Ahmad Kholid.

Sejak saat itu, Kholid memiliki feeling akan ada penggerebakan dan bahkan juga penangkapan kepada Abu Bakar Baasyir. Walaupun dia sendiri tidak tahu apakah ada hubungan penangkapan lima orang diduga teroris pada Sabtu itu dengan Abu Bakar Baasyir sendiri. Namun, yang pasti apa yang difirasatkan ternyata betul.
“Kok jadi fakta. Nyesel juga saya kenapa mempunyai feeling seperti itu,” ucapnya sedikit bercanda.

Polisi Dapat Simpati SBY

Indonesian Police Watch (IPW) turut melihat penangkapn ABB sarat kepentingan politis dan melibatkan pihak luar.
“Seakan-akan ada pihak dari luar yang bermain dalam kasus tersebut. Karena itu IPW menyayangkan kalau kepolisian kita diperalat pihak luar untuk mengkriminalisasi Abu Bakar Baasyir (ABB),” ujar Presidium IPW, Neta S Pane.
Untuk menghindari tuduhan kriminalisasi, maka kepolisian harus menjelaskan apa alasannnya. “Seperti apa memang benar Abubakar terlibat. Karena dari dulu, kasusnya terorisme-nya tidak pernah terbukti. Wajar jika di publik muncul tuduhan polisi melakukan kriminalisasi,” lanjutnya.

Ditegaskannya, penangkapan Baasyir hanya untuk menarik simpati Presiden SBY. “Ya, kan kemarin SBY curhat diancam, lalu dilakukan penangkapan ini,” ujarnya.

Setelah mendapat simpati SBY, polisi kemudian mengharapkan simpati masyarakat. Namun, Neta menyebutkan, penangkapan Abubakar adalah sebuah blunder karena tidak disertai bukti dan fakta yang kuat. Dan jika polisi salah, mudah saja bagi kepolisian untuk dibebaskan. Polisi kan memiliki discreation.

“Kan polisi punya discreation tinggi dan wewenang. Jika itu tidak terbukti, maka akan dilepaskan,” lanjutnya.
Neta menegaskan, penangkapan ini merupakan bagian dari manuver di internal kepolisian. Lalu, mungkinkah penangkapan Tuduhan seperti itu nampaknya sah-sah saja. Apalagi dari dulu kasus Baasyir selalu tidak jelas dan sarat nuansa politis.

“Kasus seperti rekening gendut, penabrakan mahasiswa, Susno adalah manuver menuju pemilihan Kapolri,” ujar Neta.

Terkait siapa saja yang bermain di belakang kasus ini, Neta enggan menyebutkan. “Jangan sebut nama-lah. Tapi, sebenarnya yang bermain adalah pendukung para. Bahkan terkadang si calonnya malah belum tahu. Ini kan menarik simpati,” lanjut Neta.

Polisi: ABB Dalang Pemboman

Edward juga mengatakan bahwa kelompok ini berencana meledakkan Mabes Polri, Markas Brimob Jawa Barat, sejumlah kedutaan asing dan hotel internasional. Bom yang diproduksi kelompok ini terbilang dahsyat.
Mabes Polri mengaku memiliki serangkaian bukti tentang keterlibatan Ustadz Abu Bakar Baasyir dalam jaringan terorisme di Indonesia. Mabes Polri bahkan menyebutkan, pengasuh Ponpes Al-Mukmin, Ngruki, Solo itu sebagai otak dari beberapa aksi terorisme di tanah air.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Edward Aritonang dalam jumpa pers di Mabes Polri, kemarin, menyatakan, penangkapan itu terkait dengan proses pelatihan militer di Aceh, hingga ditemukannya laboratorium di Cibiru, Bandung yang merupakan rangkaian kegiatan teroganisir. “Mabes Polri berkesimpulan, salah satu tersangka yang terlibat dalam kegiatan itu adalah Ustad ABB (Abu Bakar Baasyir, red),” kata Edward.

Densus 88 telah menyita mobil Mistsubishi Galant yang akan digunakan oleh kelompok Ciwidey untuk menghabisi nyawa Presiden SBY. “Dari rangkaian penyidikan yang dilakukan sejak terungkapnya latihan militer di Aceh Januari 2010 lalu, pada 7 Agustus Densus 88 memutuskan menangkap kelompok ini karena Presiden SBY akan ada tugas di Ciwidey,” ujar Edward.

“Kita tahu kelompok ini menjadikan Presiden sebagai target sehingga Densus 88 melakukan penangkapan pendahuluan,” sambungnya.

Dalam operasi itu Densus 88 menangkap Fahrul Ruzi Tanjung dan Hamzah di Bandung. Densus 88 juga menangkap Mitsubishi Galant D 1600 KE yang dipersiapkan sebagai bom mobil dalam penyerangan terhadap SBY.
“Pemilik mobil sedang dalam pencarian dan sudah diketahui identitasnya. Ia kewarganegaraan Perancis beristrikan orang Maroko,” demikian Edward.

Selain di kelompok Ciwidey, Densus 88 juga menggulung kelompok Subang Sabtu (7/8). Dalam penangkapan itu Densus 88 menangkap Gofur bersama dengan 54 butir amunisi kaliber 38 mm juga asam nitrat dan tabung bahan kimia.

“Sempat terjadi kejar-kejaran dengan sepeda motor,” cerita Edward.

Selain Gofur, Densus 88 juga menangkap Kurnia Widodo, sarjana teknik kimia lulusan 2000 dari sebuah universitas.
“Bom yang disita dicoba dalam jumlah kecil dan ledakannya cukup besar sehingga petugas terpaksa melakukan disposal di tempat (Cikuda, Bandung) tadi malam,” ujar Edward lagi.

Selain dua orang itu, Densus 88 juga menangkap Ustad Kiki di Cileunyi. Dari tangannya disita buku dokumen jihad, bahan pembuatan bom, dan timbangan digital serta detonator dan bahan perakit bom mobil.

Edward juga mengatakan bahwa kelompok ini berencana meledakkan Mabes Polri, Markas Brimob Jawa Barat, sejumlah kedutaan asing dan hotel internasional. Bom yang diproduksi kelompok ini terbilang dahsyat.

Dalam penanganan kasus ini, Mabes Polri berjanji tidak akan menyiksa Ustad Abu Bakar Baasyir. “Kami beri jaminan, kami menghormati HAM. Polri punya peraturan di lingkungan Polri agar anggota Polri dalam melakukan tugas tetap menghormati prinsip HAM. Seluruh jajaran Polri mematuhi Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 8 tentang Penerapan HAM dalam Pelaksanana Tugas Polri,” ujar Edwad menjawab pertanyaan seorang wartawan.

Pertanyaan ini didorong oleh pengakuan yang pernah disampaikan tersangka teroris Muhammad Jibril dalam persidangan di PN Jakarta Selatan bulan Mei lalu. Muhammad Jibril mengaku dirinya mengalami penyiksaan dalam tahanan. Muhammad Jibril ditangkap Agustus tahun lalu karena dianggap menyebarkan kebencian di dalam media yang dipimpinnya, Ar Rahmah.

Pengamat terorisme dan intelijen Hij’d Institute, Dynno Cressbon yakin, Polri juga memiliki fakta yuridis soal keterkaitan sejumlah anggota JAT yang tertangkap di Aceh, Medan, Jakarta, Bekasi, Sumedang, Solo,  Klaten, Wonosobo, Indramayu, Bandung, dan Subang dengan aksi terorisme.

Menurutnya, ABB ditangkap untuk dijadikan saksi terhadap pengakuan para tersangka. “Nanti pengadilan yang bisa membuktikan apakah Abu Bakar Baasyir terlibat jaringan teroris atau tidak,” jelas Dynno.
Tapi Dynno menegaskan, akan sangat sulit untuk membuktikan keterlibatan Abu Bakar Baasyir secara  yuridis walaupun  sejumlah saksi kunci telah memberikan keterangan menyangkut keanggotaan mereka dalam organisasi JAT yang dipimpin Abu Bakar Baasyir.

Penangkapan ini mendapat perhatian dari publik dan pemerintah Australia. Pasca penangkapan ABB, Australia langsung memberikan pernyataan dukungannya.

“Australia menyambut fakta bahwa kepolisian Indonesia hari ini telah menangkap Abu Bakar Baasyir terkait pelanggaran-pelanggaran terorisme,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Stephen Smith seperti dilansir The Australian, kemarin.

Media Australia itu juga tidak lupa mengingatkan bahwa ABB adalah tersangka bom Bali yang menewaskan 88 warga asing dari Australia. Negeri Kangguru juga akan menunggu perkembangan kasus ini, sebelum berkomentar lebih jauh. (zul/guh/arp/fuz/jpnn)

—-

Langganan Ditangkap

BAGAIAMANAKAH sepak terjang Abu Bakar Baasyir (ABB)? Ustad Abu pernah memimpin Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI) yang sampai sekarang masih dianggap Amerika Serikat sebagai kelompok terorisme sekelas Hamas di Palestina.

Pada tahun 2008 lalu, ABB memutuskan keluar dari MMI dan mendirikan Jamaah Anshorut Tauhid. Sejumlah aktivis MMI, seperti Fauzan Al Anshari ikut bergabung dalam organisasi baru yang didirikan ABB ini. Sebelumnya, di MMI, Fauzan adalah Ketua Departemen Data dan Informasi.

”ABB tidak pernah mendukung jalan kekerasan untuk menegakkan syariat Islam. Dia mengecam pembunuhan dan serangan bom yang dilakukan oleh kelompok lain,” ujar Fauzan Al Anshari yang ketika dihubungi sedang berada di Manado, Sulawesi Utara.

ABB pernah dikaitkan dengan pengeboman di Bali pada Oktober 2002 hanya karena dia pernah berbicara dengan salah seorang terdakwa dalam peristiwa itu, Amrozy. Bersama Imam Samudera dan Ali Gufron, Amrozy telah dihukum mati di Nusa Kambangan dua tahun lalu.

Tahun 2003 ABB ditangkap saat terbaring sakit. Ia divonis 1,5 tahun bukan karena terbukti mengotaki serangan di Bali, tetapi karena menggunakan KTP palsu. Tahun 2004, sesaat setelah keluar dari LP Salemba, ABB kembali ditangkap. Kali ini karena dianggap terlibat dalam pengeboman Hotel JW Marriott, Agustus 2003. Kali ini ABB kembali dijatuhi hukuman 1,5 tahun. ABB baru keluar dari penjara pada Juni 2006. (guh/jpnn)

—-

Perjalanan Abu Bakar Baasyir

  • 2002, dikaitkan dengan pengeboman di Bali pada Oktober 2002
  • 2003, ditangkap saat terbaring sakit. Divonis 1,5 tahun bukan karena terbukti mengotaki serangan di Bali, tetapi karena menggunakan KTP palsu.
  • 2004, sesaat setelah keluar dari LP Salemba, ditangkap karena diduga terlibat pengeboman Hotel JW Marriott, Agustus 2003.
  • Juni 2006, keluar penjara setelah menjalani hukuman 1,5 tahun.
  • 2008, keluar dari MMI dan mendirikan Jamaah Anshorut Tauhid.
  • Agustus 2010, ditangkan lagi dengan dugaan terlibat latihan militer jaringan teroris di Aceh

YM

 
PLN Bottom Bar