Diantara Dua Pergantian Tahun

10:10, 10/12/2010

Tak terasa pergantian tahun hijriah menjadi 1432H telah beberapa hari berlalu dan sebentar lagi tahun 2011 menyusul pula. Diantara 2 pergantian tahun ini, beragam kegiatan kita saksikan dimana-mana. mulai dari perlombaan adzan, baca qur’an, pagelaran seni dan lain sebagainya dalam memperingati pergantian tahun hijriah, sampai nanti berbondong-bondongnya manusia turun ke jalan dalam memperingati pergantian tahun baru.
Secara matematis, tahun akan semakin bertambah dan hitungan usia kitapun semakin tua. Namun dibalik semua itu, kesempatan hidup kita semakin berkurang karena pada dasarnya semua manusia akan mati juga. Kita, baik sebagai individu maupun masyarakat , dalam hari-hari yang berlalu itu, senantiasa mengisi lembaran-lembaran yang setiap tahun kita tutup untuk kemudian kita buka kembali dengan lembaran baru pada tahun berikutnya.

Lembaran-lembaran itu adalah sejarah hidup kita secara amat rinci, dan itulah kelak yang akan disodorkan kepada kita – sebagai individu dan masyarakat – untuk dibaca dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah pada Hari Kemudian nanti. Karenanya, Allah SWT dalam banyak ayat di al qur’an selalu mengingatkan kita kan waktu. Sebab penggunaan waktu harus berbanding lurus dengan amal jika ingin selamat di dunia dan akhirat.
Bacalah lembaran (kitabmu), cukuplah engkau sendiri hari ini yang akan melakukan perhitungan atas dirimu (QS 17:14). Engkau akan melihat setiap umat berlutut, setiap umat diajak untuk membaca kitab amalan (sejarahnya) (QS 45:28).

Perubahan adalah sesuatu yang senantiasa terjadi. minimal tampilan fisik. bukankah uban dirambut kita , kian hari semakin banyak. bukankah kulit kita semakin keriput disana sini. namun perubahan yang terbaik adalah perubahan prilaku dan sikap dimana perbaikan semakin tampak dalam tingkah laku dan moral dari waktu ke waktu.

Semua perubahan tersebut ada ditangan kita sebab Allah tidak mengubah keadaan suatu masyarakat , sebelum mereka mengubah (terlebih dahulu) sikap mental mereka (QS 13:11). Begitu bunyi sebuah ayat yang menafikan secara tegas ketentuan sejarah dan secara tegas pula menempatkan sikap terdalam manusia sebagi faktor penentu kelahiran sejarah dan perubahan. Untuk memulai perubahan, ada beberapa langkah yang perlu dipahami dan dilakukan yaitu :
1. Kesadaran akan tujuan hidup. Para Nabi memulai langkah mereka dengan menanamkan kesadaran terdalam itu dalam jiwa umat. Darimana Anda Datang? Kemana Anda menuju? Bagaimana alam ini mewujud dan ke arah mana ia bergerak? “Semua dari Allah dan akan kembali kepada-Nya” dan “Akhir dari segala siklus adalah kemablinya kepermulaan”, demikian para sufi dan filosof Muslim merumuskan.
Itulah kesadaran pertama yang ditanamkan pada manusia.

2. Kesadaran akan kemanusiaan manusia serta kehormatannya. Ruh Ilahi dan potensi berpengetahuan yang diperoleh makhluk ini dari Tuhan, mengundangnya untuk memanusiakan dirinya dengan jalan mengaktualkan pada dirinya sifat-sifat Ilahi sesuai dengan kemampuannya. Dan kesadaran ketiga yang ditanamkannya adalah kesadaran akan tanggung jawab sosial.

Mengapa kalian tidak berjuang di jalan Allah, sedangkan kaum lemah tertindas, baik lelaki, wanita, maupun anak-anak bermohon agar mereka dikaruniai penolong dan pelindung dari sisi Allah, demikian pesan Al Quran surah Al Nisa ayat 75.

Ayat diatas mengandung dua nilai keruhanian, yakni keniscayaan berjuang di jalan Allah dan tanggung jawab melindungi kaum lemah.

Perjuangan yang dilakukan karena Allah dan yang digerakkan oleh nilai-nilai suci itulah yang memajukan umat manusia dan peradabannya sekaligus mengukir sejarahnya dengan tinta emas.
Nah, diantara dua pergantian tahun ini, saatnya kita mengintrospeksi diri sehingga pergantian tahun tidak hanya seremonial belaka, namun didalamnya diisi dengan upaya perubahan dan perbaikan.Semoga Allah SWT meridhoi usaha dan niat kita.(*)


YM

 
PLN Bottom Bar