Doa

09:49, 07/05/2010

Tidak ada sesuatu yang lebih mulia dihadapan Allah, selain daripada do’a. Do’a itu adalah otaknya ibadah.

Do’a adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Do’a merupakan aktifitas ibadah yang paling agung. Imam Tirmidzi telah meriwayatkan dalam sebuah hadits yang berasal dari Anas RA “Do’a itu adalah otaknya ibadah.” (HR Tirmidzi) Terdapat banyak riwayat dari Nabi Saw yang menganjurkan dan mendorong seseorang untuk berdo’a, seperti antara lain “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia dihadapan Allah, selain daripada do’a.” (HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah)
“Siapa saja yang tidak mau memohon (sesuatu) kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah) “Mintalah kepada Allah akan kemurahan-Nya, karena sesungguhnya Allah senang bila dimintai (sesuatu).” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Majah)
“Sesungguhnya do’a itu dapat member manfaat (bagi pelakunya) untuk sesuatu yang telah terjadi. Maka wahai hamba Allah, lakukanlah do’a itu.” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar)

“Tidak ada seorang muslim pun di muka bumi ini yang berdo’a kepada Allah, kecuali akan dikabulkan do’anya, atau dijauhkan suatu keburukan/musibah yang serupa.” (HR. Tirmidzi dan Hakim dari Ubadah Ibn Shamit)
“Tidak ada seorang muslim pun yang bardo’a dengan do’a yang tidak mengandung dosa dan memutuskan hubungan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu dari tiga hal: dikabulkan do’anya; ditangguhkan hingga hari kiamat; atau dijauhkan dari suatu keburukan yang serupa.” (HR Ahmad).

Tujuan berdo’a tidak lain semata-mata untuk memperoleh pahala dari sisi Allah, sebagai peklaksanaan dari perintah-Nya. Do’a adalah satu diantara jenis-jenis ibadah, sama dengan ibadah-ibadah lainnya seperti shalat, shaum, zakat, dan sebagainya. Maka, seorang mukmin tentu akan berdo’a kepada Allah dan memminta kepada Allah untuk dipenuhi kebutuhannya, atau untuk menjauhkan dari rasa sedih, atau hal-hal lainnya yang berkaitan dengan urusan duniawi atau akhirat.

Do’a dilakukan sebagai bukti ketundukan kepada Allah dan usaha manusia untuk mendapatkan pahala dari Allah, sekaligus melaksanakan perintah-perintah-Nya. Apabila kebutuhannya terpenuhi, maka itu adalah anugrah dari Allah. Pemenuhan itu pun sesuai (sajalan) dengan aturan-aturan Allah serta berjalan diatas dasar-dasar peraturan sebab-akibat. Jika kebutuhannya tidak dipenuhi, maka tetap mendapatkan pahala.

Berdasarkan penjelasan tadi, do’a bagi seorang muslim, hendaknya merupakan tanda ketundukan kepada Allah, sebagai pelaksanaan perintah-Nya, dan usaha memperoleh pahala dari Allah SWT. Sama saja apkah permohonannya terpenuhi atau tidak. Boleh saja seorang muslim berdo’a dengan bentuk do’a apa pun yang dikehendakinya; baik di dalam hati, diucapakan melalui lisan, atau dengan kalimat apa pun, dan ia tidak terikat dengan bentuk do’a tertentu. Ia boleh berdo’a dengan do’a-do’a yang tercantum dalam Al Qur’an, hadits, dengan bentuk redaksinya sendiri-sendiri atau dengan mengambil do’a yang berasal dari orang lain. Yang penting, ia dituntut untuk berdo’a kepada Allah. Namun demikian yang lebih utama, tentulah bentuk do’a sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur’an dan Hadits.(net/jpnn)


YM

 
PLN Bottom Bar