Kami Terpaksa Makan Gandum
10:41, 04/02/2011Stok Makanan di Mesir Mulai Habis
Sudah 7 Orang Tewas, Ratusan Luka-luka
JAKARTA-Akibat krisis politik di Kairo, Mesir, kini sejumlah mahahasiwa asal Indonesia yang bertahan di kota Kairo mengaku kesulitan men dapatkan bahan-bahan makanan. Sementara, stok makanan mulai menipis. Para mahasiswa dan WNI di Mesir kini juga sudah dikumpulkan di satu tempat untuk memudahkan evakuasi.
Seperti diceritakan Nurbaeti (20), mahasiswa asal Rantauprapat, Sumatera Utara. Ia dan 119 rekannya di Asrama Jamiul Islamiyah, Nashr City, Mesir, biasa memakan nasi putih dan sayur mayur. Tapi, sejak kerusuhan di Kairo, Mesir, itu terjadi, mereka memakan ‘ish atau sejenis gandum yang diolah.
“Dulu kita makan gratis ditanggung asrama. Biasanya makan nasi yang disediakan pengelola asrama, eh, sekarang beli empat lembar dengan 1 pound Mesir,” kata Nurbaeti, mahasiswi Universitas Al Azhar Fakultas Syariah Islamiyah Tingkat I, saat disambangi di Asrama Haji, Jalan Raya Pondok Gede, Jakarta, Kamis (3/2).
Nurbaeti menuturkan, Nashr City itu semacam Kampung Asia. Di sana, banyak rumah makan padang, warung nasi tegal, sampai pedagang bakso. Untuk memesan suatu keperluan di luar asrama, Nurbaeti pun tidak gampang melakukannya. “Biasanya kita boleh ke luar asrama sebelum jam 18.00. Saat situasi di luar rusuh, kita diminta menahan keperluan yang ada. Kalau perlu banget, kita nitip sama teman yang akan keluar,” ujarnya.
Bersama satu kamar kosnya, Nurbaeti mengaku berhasil pulang ke Indonesia dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia kloter pertama, Rabu (2/2) kemarin. Di asramanya, masih ada 118 WNI yang tinggal dan dikabarkan akan kembali ke Tanah Air pada kloter kedua, Jumat (4/2). Nurbaeti mengaku tak tahu kapan bisa pulang ke kampung halamannya. “Tadinya ada rencana mau dipulangkan, tapi malah tidak jadi. Enggak tahu kenapa,” ungkap Nurbaeti yang mengaku ingin kembali ke Al Azhar untuk melanjutkan kuliahnya.
Hal yang sama diakui oleh Ahda. “Karena banyak toko-toko yang tutup. Terpaksa berebutan jika ada toko yang buka,” ucap Ahda, mahasisa Al Azhar, Kairo, asal Kelurahan Sukosari, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun.
Menurut Najahah, karena kondisi di Mesir masih mencekam, anaknya itu ingin secepatnya pulang ke Indonesia. “Tetapi masih menunggu giliran evakuasi. Saya berharap pemerintah Indonesia menambah pesawat untuk evakuasi,” ucapnya.
Saat ini, aparat kepolisian setempat sudah melakukan kebijakan untuk menyisir pemukiman warga, guna menemukan orang-orang yang anti terhadap Presiden Hosni Mubarak. Selain itu, suara letusan senjata juga tak kunjung berhenti.
Hal ini digambarkan salah seorang mahasiswa yang kuliah di Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar Kairo Zunairah (18), yang dihubungi Sumut Pos melalui telepon selelur, Kamis (3/2). “Keadaan semakin gawat sekarang. Suara letusan masih terus terjadi. Pusatnya sekitar 7 kilometer dari Nashr City. Alhamdulilah, kami saya dan sepupu saya Robbi Rodhiah serta teman-teman yang lain dalam keadaan sehat, “ katanya.
Dengan semakin mencekamnya situasi Mesir, membuat para WNI dan termasuk pula para mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di sana harus dikumpulkan dalam satu lokasi di daerah Nashr City. “Semua WNI sekarang di Nashr City. Dengan dikumpulkannya para WNI dalam satu lokasi, dikarenakan ada rencana evakuasi kedua dari Mesir untuk dipulangkan ke tanah air. Rencananya, evakuasi tersebut akan dilakukan malam ini (kemarin malam, red),” beber putri anggota DPRD Sumut dari Fraksi PKS ini.
Dijelaskannya, para WNI yang akan mengikuti evakuasi tahap II tersebut harus sudah berada di bandara setempat pukul 21.00 waktu Mesir. Sementara pesawat Garuda yang akan mengangkut mereka baru lepas landas (Take Off) pukul 24.00 waktu Mesir.
“Ada batas waktu yang ditetapkan yakni, kami harus sudah berada di bandara pada pukul 14.00 waktu mesir. Kabarnya, evakuasi tahap II ini jumlah WNI yang akan ikut sama seperti tahap I yakni, 400 orang,” cetusnya.
Dikatakannya, saat ini dilakukan pembatasan waktu untuk keluar rumah oleh pemerintah Mesir. Batas waktunya adalah sejak pukul 15.00 hingga pukul 20.00 waktu Mesir.
Kendati demikian, Zunairah dan Robbi Rodhiyah tetap bersemangat untuk menyelesaikan studi mereka di Universitas Al Azhar Kairo. Untuk itu, mereka berharap keadaan di Mesir bisa segera pulih sehingga mereka bisa kembali belajar seperti sediakala.
“Perasaan kami saat ini cemas. Kami berharap keadaan bisa segera pulih. Meskipun kami harus dievakuasi, kami tetap berharap untuk kembali ke sini (Mesir, red) untuk melanjutkan kuliah seperti biasanya,” pintanya.
Pada kesempatan itu, Zunairah juga menyatakan, ada satu orang yang meninggal dunia di Mesir karena gejolak yang terjadi. Namun, dirinya dan para WNI lainnya belum bisa memastikan apakah yang meninggal dunia itu adalah WNI atau bukan. “Kami dapat kabar, katanya ada yang meninggal. Tapi, itu dari relawan PBB. jadi, kami belum bisa memastikan apakah WNI atau bukan. Karena belum ada kejelasan kabar selanjutnya,” sebutnya.
Kabar duka ini diumumkan lewat facebook milik Science of Universe, Kamis (3/1). Korban adalah Imanda Amalia (28).
“Imanda Amalia (28 tahun), seorang warga negara Indonesia dan anggota (UNRWA) dilaporkan telah meninggal dunia akibat pergolakan politik di Mesir,” demikian pengumuman di wall facebook itu.
Imanda adalah staf dari badan PBB United Nations Relief and Works Agency (UNRWA). UNRWA adalah badan PBB yang bertugas menangani wilayah konflik di Palestina dan Lebanon.
Imanda Amalia tewas dalam kerusuhan di Kairo, Mesir. Perempuan yang dipanggil Manda oleh teman-temannya ini ternyata terjebak dalam baku tembak pada Rabu malam.
Hal ini diutarakan oleh rekan korban Pumy Kusuma di laman Facebook, Science of Universe. Pumy masih sempat menerima BlackBerry Messenger pada saat genting itu dari Manda.
“BBM terakhir almarhumah Imanda Amalia, ketika di Kairo, Mesir pada pukul 21.45 Rabu semalam,” kata Pumy.
Menurut Pumy, Manda terjebak dalam baku tembak yang memang memanas dari semalam sampai Kamis pagi ini. Dari BBM itu, posisi Manda berada di dalam ambulans yang ditembaki dan dilempari batu.
“Ambulans tertembak, terkena lemparan batu,” kata Manda dalam BBM seperti diulang oleh Pumy.
Konselor Pensosbud KBRI Kairo Iwan Wijaya M saat dihubungi mengaku, nama Imanda Amalia juga tidak ada dalam daftar staf United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) Kairo.
“Kami sudah mengontak UNRWA Kairo, ternyata mereka hanya terdiri dari 3 staf, 1 orang Yordania dan 2 orang Mesir. Menurut mereka tidak ada staf UNRWA bernama Imanda Amalia,” papar Iwan.
Di samping itu pihak KBRI juga sudah berusaha memverifikasi, tapi tidak ditemukan data penduduk WNI di Mesir bernama Imanda Amalia.
Iwan mengatakan bahwa sejak dini KBRI Kairo telah melakukan koordinasi dan komunikasi intensif dengan masyarakat WNI demi langkah-langkah perlindungan, sehingga hal-hal tidak diinginkan bisa dihindari.
“Bahkan ketika semua jaringan komunikasi di Mesir lumpuh total, komunikasi KBRI dengan masyarakat terus dipertahankan dengan cara pesan berantai, agar pesan-pesan Dubes sampai ke WNI seluas mungkin,” kata Iwan.
Sementara itu, orangtua Zunairah yang juga anggota DPRD Sumut Muhammad Nuh juga berharap agar keadaan di Mesir bisa kembali normal seperti sediakala.
M Nuh juga tetap tegas dengan pendiriannya untuk tetap mengguliahkan putrinya tersebut di Al Azhar Kairo hingga selesai. “Putri saya tetap akan kuliah di sana, setelah suasana kondusif. Dan mudah-mudahan dengan ketegangan yang terjadi di sana, para WNI bisa diselamatkan terlebih dahulu,” ungkapnya.
M Nuh memprediksi, gejolak yang terjadi di Mesir tidak akan lama, sekitar dua atau tiga bulan ke depan saja. Setelah itu, Mesir akan normal kembali.
“Keputusannya Jum’at (4/2) ini. Apakah Husni Mubarrak akan turun atau tidak. Kalau Hosni Mubarak turun, maka keadaan semakin cepat terkendali. Kalau Hosni Mubarak tetap bersikeras pada opsi yang diberikannya yakni, tetap bertahan maka keadaan akan semakin gawat. Maka menurut saya, finalisasi keadaan Mesir ditentukan Jum’at ini,” paparnya.
Ketua Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, Falahuddin Nursalem, mengatakan kendati unjuk rasa hebat yang melanda Mesir saat ini, para mahasiswa tersebut masih dalam kondisi aman. Namun, sebagian besar mahasiswa tetap menolak untuk masuk daftar evakuasi kembali ke tanah air.
“Sejauh ini semua mahasiswa dalam kondisi aman. Ada beberapa kalangan di antaranya telah mengundurkan diri setelah mendaftar untuk evakuasi ke Indonesia,” kata Falahuddin yang juga Ketua Tim Evakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang dikoordinasi KBRI.
Pemerintah menyiapkan skenario cadangan untuk mengevakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) dari Mesir. Skenario cadangan ini untuk memperpendek perjalanan evakuasi, jika situasi di Mesir memburuk.
“Sudah ada skenario-skenario untuk memperpendek perjalanan evakuasi. Skenario ini akan dijalankan kalau situasi di Mesir makin memburuk,” kata Menlu Marty Natalegawa di Kantor Kemenlu, Kamis (3/2).
Salah satu skenario itu adalah dengan menggunakan ibukota Yordania, Amman, sebagai pos evakuasi. Di kota itu sudah tersedia penampungan untuk menampung 500 orang WNI. “Kelebihannya di Amman sudah diterapkan visa on arrival,” katanya.
Opsi lainnya adalah menggunakan kota Jedah, Arab Saudi. Kota ini dipilih karena sudah ada asrama haji di kota itu.
Marty menjelaskan, pemerintah menghindari penumpukan WNI Mesir di satu titik. Hal ini disebabkan pengumpulan WNI di satu titik dapat menimbulkan masalah baru. “KBRI saat ini berjejaring dengan dua puluh titik di Mesir. Titik-titik ini menyaring 400 WNI. Nah, mereka-mereka ini yang akan dipulangkan. Jangan sampai warga sudah mengumpul dan berduyun-duyun ke KBRI atau bandara tapi ternyata pesawat belum sampai,” katanya.
Evakuasi tahap kedua membaea sebanyak 430 WNI di Mesir. Kamis pagi, pesawat Garuda Boeing 747-400 yang akan menjemput mereka telah berangkat ke Kairo melalui Jeddah.
Sebanyak 430 WNI yang akan dipulangkan itu, kata Marty, umumnya adalah anak-anak, wanita, WNI yang sakit, dan WNI yang telantar seperti wisatawan. “WNI telantar yang dimaksud di sini adalah yang terjebak, wisatawan, dan sedang seminar,” kata Marty.
Militer Kewalahan
Sementara, kondisi Kairo, ibukota Mesir, makin mencekam. Pasukan militer Mesir akhirnya mulai bergerak melerai bentrokan antara kelompok massa pro dan kontra Presiden Hosni Mubarak. Tank-tank militer Mesir, Kamis (3/2) siang, bergerak membentuk barikade untuk memisahkan kedua massa yang berseteru. Meski sudah dipasang pembatas, kelompok pendukung Hosni Mubarak sempat menembusnya dan menyerang kelompok penentang pemerintah. Militer sempat kewalahan. Pasukan militer bersenjata lengkap terus mendesak kedua kelompok massa untuk mundur. Sementara ratusan tentara bergerak ke pusat lokasi bentrokan untuk menghentikan pertikaian.
Empat buah tank tampak mengosongkan jalan layang dekat Lapangan Tahrir yang sempat diduduki para pendukung Mubarak. Dari atas jalan itulah massa propemerintah sebelumnya melemparkan apa saja ke massa penentang pemerintah.
Bentrokan kedua kelompok pecah mulai Rabu sore. Massa saling melempar batu. Kelompok pro-Mubarak juga menggunakan bom molotov. Pagi tadi juga terjadi rentetan tembakan ke arah massa penentang pemerintah. Sampai saat ini tak kurang dari 7 orang tewas menjadi korban dan lebih dari 800 luka-luka. (ari/jpnn/net)
—
Nomor Kontak di Mesir
- KBRI Kairo +, +
- Kantor Konsuler +
- Sekolah Indonesia Kairo +
- Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) +, +
- Wihdah PPMI +, +
- Keluarga Mahasiswa Medan +
- Keluarga Mahasiswa Madura +, +
- Keluarga Mahasiswa Jawa Timur +, +
- Keluarga Mahasiswa Sumatera Selatan +, +
- Keluarga Mahasiswa Sulawesi +
- Keluarga Mahasiswa Aceh +
- Keluarga Mahasiswa Banten +, +
- Keluarga Mahasiswa Jambi +, +
- Keluarga Mahasiswa Kalimantan +, +
- Keluarga Mahasiswa Lampung +
- Keluarga Mahasiswa Minang +, +
- Keluarga Mahasiswa NTB +
- Keluarga Pelajar Jakarta +
- Keluarga Mahasiswa Jawa Barat +
- Keluarga Mahasiswa Tapanuli Selatan +, +
- Keluarga Mahasiswa Riau +
- Keluarga Mahasiswa Jawa Tengah +, +
Sumber: KBRI Kairo