Mahasiswa Jurusan Sejarah Gelar Seminar

09:28, 19/04/2010

MEDAN- Sultan Shariful Alamsjah merupakan sultan kelima yang bertahta di kesultanan Serdang dari Gocah Pahlawan pendiri kesultanan Deli. Dikenal sebagai pengentas dari Serdang akibat kegigihannya meningkatkan kesejahteraan rakyat Serdang berupa peningkatan sektor pertanian, kesehatan, seni tari dan musik melayu.

Demikian diungkapkan Nasrul Hamdani, Dosen Fakultas Sastra Departemen Sejarah Universitas Sumatera Utara saat Seminar Sejarah dengan tema Perlawanan Sultan Shariful Alamsjah di Kesultanan Serdang, yang digelar Mahasiswa Jurusan Sejarah Semester 8 di Universitas Negeri Medan, Kamis (15/4).

Nasrul menambahkan, meskipun Shariful tidak terlibat kontak fisik dalam penentangannya terhadap kolonial belanda, tetapi sultan melakukan upaya-upaya pemajuan sektor-sektor yang berkaitan langsung dengan rakyat Serdang seperti pertanian, kesehatan, hak ulayat (adat), pendidikan, irigasi, peternakan, keagamaan, maupun kesejahteraan sehingga ia dikenali dengan pahlawan Civil Disobedience.

Senada dengan hal itu Dewi Pangestry yang juga pengajar di Fakultas Sastra Departemen sejarah USU mengemukakan, Sultan Sulaiman memiliki sikap yang tegas menolak kolonial belanda. Salah satu bentuk penentangannya adalah, ketidakmauannya menghadiri undangan dari Ratu belanda, tetapi justru pergi ke Jepang. Di Jepang, Shariful menjalin kerjasama yang hasilnya adalah didatangkannya tenaga ahli pertanian dan kerajinan ke Serdang.

Selanjutnya, Alumni University Sains Malaysia (USM) itu menambahkan, upaya sultan juga tampak pada aspek kesehatan dengan mendatangkan RM Sutomo (pendiri Budi Utomo) sebagai tenaga kesehatan di Serdang. Dalam bidang pertanian, Sultan juga melakukan pembangunan kanal untuk mencegah banjir sekaligus berfungsi untuk pengaturan air dalam pertanian. Dalam bidang pendidikan, upaya yang dilakukan sultan juga tampak pada pendirian sekolah-sekolah rakyat yang dikhususkan buat rakyat pribumi Serdang.
Kepala Pussis-Unimed Ichwan Azhari, sekaligus pengampu mata kuliah seminar sejarah menegaskan, perintisan dan upaya nyata sultan Shariful dalam kesejahteraan rakyat Serdang yang dikenal dengan civil disobedience itu, layak menghantarkan sang sultan menjadi Pahlawan Nasional.

Hal ini menurut Ichwan, pantas didukung karena selama ini yang menjadi pahlawan nasional cenderung adalah orang-orang yang angkat senjata, terlibat kontak fisik dengan kolonial, ataupun didominasi oleh militer. Oleh karenanya, jika sultan Shariful dapat menjadi pahlawan nasional, tentu saja hal ini adalah prestise dan prestasi Sumatra Utara.

Sementara itu, Erond Damanik, yakni Peneliti Pussis-Unimed sekaligus pengajar di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan mengemukakan, Sultan Shariful dilahirkan di istana Darul Arif, Rantau Panjang pada 19 Januari 1865 sebagai putera tunggal dari Sultan Basharuddin dengan Encik Rata. (saz)


YM

 
PLN Bottom Bar