Bulan Puasa, Bisa Kumpul dan Makin Dekat dengan Keluarga

14:22, 07/09/2009

Sahur di Rumah Pejabat dan Tokoh Sumut (13)

Memasuki 16 Ramadan, tepatnya Minggu (6/9), wartawan Sumut Pos berkesempatan sahur di kediaman Direktur Utama Bank Sumut, Gus Irawan Pasaribu. Banyak hal yang disampaikan Gus Irawan, termasuk makanan favorit sahur hingga isu bakal maju di Pilkada Medan 2010 mendatang.

Deni Daulay-Chairil Hudha, Medan

sahur-bareng Menjelang Minggu (6/9) dinihari, tim Sumut Pos yang kebagian liputan sahur bersama tokoh dan pejabat di Sumut sudah bersiap-siap. Sesuai jadwal yang telah disepakati, sekira pukul 02.30 WIB dinihari tim Sumut Pos meluncur ke kantor Bank Sumut di Jalan Zainul Arifin.
Sesuai dengan janji, setelah berkumpul di kantor Bank Sumut, tim Sumut Pos dijemput Sekretaris Direksi, Kalimonang Siregar, yang selama ini berperan sebagai juru bicara Gus Irawan dalam berbagai kegiatan. Memang tempat tinggal Gus Irawan di Kompleks Tasbi memiliki penjagaan cukup ketat. Terlebih pasca aksi teror bom yang terjadi di Jakarta, belum lama ini. Karenanya untuk memudahkan tim Sumut Pos
ke tempat itu terpaksa tim harus dijemput dan kemudian bersama menuju ke kediaman pria yang juga menjabat sebagai Ketua KONI Sumut itu.

Tepat pukul 03.00 WIB dinihari, tim Sumut Pos tiba di kantor yang berhadapan dengan Hotel Danau Toba itu. Seorang sekuriti kantor yang berjaga pagi itu menyuruh tim Sumut Pos untuk menunggu di lobi lantai dua gedung tersebut. Tim Sumut Pos menunggu beberapa saat sebelum Kalimonang mengantarkan tim ke kediaman orang nomor satu di bank milik Pemprovsu itu.

Sekira pukul 03.15 WIB, Kalimonang pun tiba. Tak mau membuang waktu, tim Sumut Pos langsung bergegas masuk ke dalam mobil dan berangkat ke Komplek Tasbi. Dengan kecepatan rata-rata 60 km per jam, dalam waktu 20 menit tim Sumut Pos tiba di kediaman Gus Irawan.
Suasana rumah di Blok LL No 27 berlantai dua itu tampak masih sepi, lampu rumah masih terlihat mati, hanya beberapa lampu dari sejumlah ruangan yang terlihat terang benderang. Seorang sekuriti rumah segera membuka pintu pagar setinggi dua meter yang memagari bangunan cluster gaya Eropa itu. Dengan ramah sekuriti tersebut mempersilakan tim Sumut Pos masuk.

Di depan pintu rumah seorang pembantu wanita membuka pintu utama rumah dan mempersilakan tim Sumut Pos duduk di sofa yang terdapat di ruang tamu. Ruang tamu berukuran lebih kurang 4×5 meter itu cukup unik, berbagai hiasan yang ada di tempat itu, berdesain antik namun tetap terlihat glamour.

Berselang lima menit, Gus Irawan pun menghampiri tim Sumut Pos yang tengah duduk di sofa berwarna serba cokelat itu. Saat itu pria kelahiran Padang Sidimpuan 46 tahun lalu itu hanya mengenakan celana training plus kaos oblong bermerek Polo. Kebiasaan Gus-panggilan akrab Gus Irawan-dan keluarganya sahur yakni menjelang waktu imsak. Karena waktunya masih cukup lama, Gus menyempatkan bercerita. Isi pembicaraan mulai dari arti Ramadan baginya, kondisi Kota Medan hingga isu mengenai pencalonan dirinya sebagai bakal calon Wali Kota Medan.

Pembicaraan pagi itu diawali dengan isu dirinya yang disebut-sebut akan maju sebagai kandidat bakal calon Wali Kota Medan 2010 mendatang. Pria yang memulai karirnya di Bank Sumut sejak tahun 1992 itu mengaku tak habis pikir dari mana asal-muasal isu tersebut. Menurutnya, ia tak pernah berkeinginan untuk jadi wali kota.

Gus sendiri memiliki alasan kuat untuk itu. Menurut suami Asrida Murni Siregar itu, latar belakang kerjanya sangat berbeda dengan jabatan di pemerintahan. Di perbankan, katanya, segala sesuatunya harus mengacu pada perencanaan yang dirancang untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Sehingga upaya yang dilakukan selalu pada koridor yang direncanakan. “Di sini saya bekerja merancang dan membangun sebuah ide,” katanya.

Sementara di dunia politik, katanya, seorang wali kota tak mutlak memiliki kewenangan. Meski memiliki rencana, tetap saja semuanya harus melalui persetujuan legislatif. Belum lagi menyesuaikan rencana wali kota dengan rencana legislatif yang kerap berbenturan. “Bayangkan saja di legislatif itu ada 50 orang, dan semuanya punya program yang berbeda, dan ini sangat ruwet,” bebernya.
Begitupun ayah dua orang putra dan satu putri ini mengaku, selama ini sudah ada sejumlah partai politik yang menggadang-gadangnya untuk maju. Namun Gus tetap meyakinkan jika dia tak akan ambil bagian dalam kancah Pilkada nanti. “Saya masih ingin membangun Bank Sumut,” imbuhnya.

Saat bincang-bincang, sesekali Kalimonang yang duduk bersebelahan dengan Gus Irawan nimbrung. Usai bicara soal politik, pria ini pun beralih topik ke masalah Ramadan.

Adik kandung Bomer Pasaribu itu mengaku, Ramadan banyak mendatangkan berkah baginya. Sebab saat Ramadanlah dia dapat memberikan waktu cukup besar untuk berkumpul bersama istri terlebih tiga anaknya. “Inilah kearifan Ramadan, Tuhan telah menjanjikan ini kepada kita,” katanya.

Diakuinya, di hari biasa, waktu untuk berkumpul bersama keluarga terbilang sempit. Terutama untuk bercengkerama dengan Oky, Reza dan Fauzan tiga buah hatinya itu. Sebab saat pergi kerja ketiganya masih tidur, sementara saat pulang seluruh keluarga sudah tidur. Bahkan meski pulang cepat, dia kerap disibukkan dengan setumpuk pekerjaan yang harus diselesaikan. “Rumah dengan kantor itu beda tipis,” bebernya.
Karenanya di bulan Ramadan ini ia lebih banyak berkomunikasi dengan keluarga, sebab saat sahur seluruh keluarga berkumpul dan itulah momen tepat bagi Gus untuk melimpahkan kerinduannya pada keluarga dan melunasi ‘hutang’ kasih sayangnya sebagai seorang ayah. “Kapan lagi saya bisa makan bersama anak saya,” ujarnya.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 04.30 WIB, hanya 25 menit lagi menuju waktu imsak. Dari ruang makan istrinya Asrida pun mengajak untuk sahur. Di meja makan dengan delapan kursi berbentuk lingkar memanjang itu telah duduk Oky, putri semata wayang Gus yang bersekolah di Kelas Internasional SMAN I Medan dan si jangkung, Reza, yang masih duduk dibangku Kelas III SMP.

Dengan ramah Reza yang memiliki tinggi badan 187 Cm itu menyalami wartawan Sumut Pos dan Kalimonang. Di atas meja telah tersaji nasi plus lauk-pauknya, yakni daging sambal, tumis brokoli, udang goreng, dan tahu isi. Ada satu menu yang tak pernah lepas dari daftar makanan sahur Gus Irawan yakni lalap pakat.

Seruas pakat yang dipotong kecil ditaruh dalam mangkuk kecil plus sambal merupakan menu andalan bagi Gus. “Ini yang tak bisa hilang saat Ramadan, baik sahur dan berbuka. Selama 30 hari Ramadan saya pasti selalu minta disediakan pakat,” katanya sebelum menyantap hidangan.
Seluruhnya makan cukup lahap, hanya Oky yang matanya masih sayu memandangi makanan di sekelilingnya, meski cukup berat namun tetap dipaksanya menyuap makanan ke mulutnya. Sementara Asrida sibuk mengurusi Fauzan yang juga ikut makan sahur. “Mereka berdua ini (Oky dan Fauzan, Red) memang susah sekali makan sahur,” katanya.

Namun begitu tak menjadi penghalang bagi mereka untuk mengajarkan pentingnya puasa kepada anaknya sejak dini. Dengan sabar wanita bertubuh mungil itu membujuk anaknya untuk menghabiskan makanan yang telah disediakan. Meski sesekali menolak, namun makanan dipiring Fauzan akhirnya habis juga.

Di sela-sela makan sahur tersebut, Gus mengatakan, waktu sahur merupakan ajang komunikasi yang baik bagi dirinya dengan anak-anaknya. Saat itu dia menyempatkan diri untuk menanyakan berbagai hal tentang anak-anaknya. “Inilah yang saya sebut berkah,” katanya.

Usai menghabiskan makanan, Asrida kemudian membawakan makanan penutup yakni buah-buahan yang terdiri dari potongan buah naga, jambu air dan plus salak yang baru saja dibawa keluarganya langsung dari Sidimpuan. “Ini masih baru dari pokok (pohon, Red) lho. Tadi malam kebetulan keluarga datang membawanya,” ujarnya sambil menawarkan buah yang telah dirajang-rajang tersebut.

Waktu makan sahur pun selesai. Satu hal lagi yang jadi ciri khas Gus Irawan saat bersantap sahur, yakni memanfaatkan waktu yang tersisa sebelum imsak untuk menikmati sebatang rokok di ruang depan rumahnya. “Saya ini perokok aktif,” katanya. Merokok setelah makan layaknya kewajiban bagi Gus, sebab baginya kurang lengkap makan tanpa mengakhirinya dengan menghisap rokok. “Meski ini merusak, namun saya masih belum bisa meninggalkannya,” akunya.

Di tempat itu perbincanganpun kembali mencair, Gus yang ditanya apa yang akan dilakukannya lebaran nanti mengatakan, seperti lebaran sebelumnya, hari kedua Idul Fitri biasanya ia dan enam saudara kandungnya akan berkumpul. Semasa orangtuanya hidup, biasanya mereka berlebaran di kampung halaman, di Sidimpuan. Namun sejak sepeninggalan ibunda tercinta mereka almarhumah Hj Alimah br Pakpahan 2007 lalu, mereka jarang pulang ke kampung halaman.

“Namun tahun ini kita sepakat pulang ke kampung untuk menyambangi rumah besar kita di sana,” kata anak keenam dari tujuh saudara itu. Gus mengatakan, selalu rindu saat Ramadan berlalu. “Banyak hal yang membuat kita selalu rindu sama Ramadan,” katanya.
Waktu menunjukkan pukul 05.00 WIB, tim Sumut Pos pun beranjak sebab hendak melaksanakan salat subuh. Setelah berpamitan, mobil yang dikemudikan Kalimonang pun mengantarkan tim Sumut Pos pulang.(*)

///SAHUR BERSAMA: Direktur Utama Bank Sumut Gus Irawan Pasaribu (kiri) sahur bersama keluarga.//deni daulay/sumut pos///


YM

Kata kunci pencarian berita ini:

 
PLN Bottom Bar